Mubaligh kondang asal Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS), melakukan dialog empat mata dengan Calon Presiden Prabowo Subianto dan disiarkan oleh stasiun televisi TVOne pada Kamis, 11April 2019. Dialog berdurasi 12:51 menit ini juga dipublikasikan melalui chanel resmi milik UAS, Tafaqquh video. Berikut ini transkrip lengkap dialog antara UAS dan Prabowo:
Prabowo Subianto: Terima Kasih Ustadz bisa jumpa
dengan saya. Saya mengikuti, Ustadz sudah banyak keliling Indonesia.
Apa yang Ustadz lihat selama keliling Indonesia akhir-akhir ini?
Ustadz Abdul Somad: Saya sudah kadang mengawali ceramah itu. Mari kita dengar tausiah dari Almukarram Ustadz Abdul Somad.
Begitu saya naik ke atas, (semua mengacungkan dua jari sambil memanggil Ustadz).
Kalian kan punya jari sepuluh, kenapa yang diangkat cuma dua? Itu
saya ucapkan untuk menetralisir, karena ada Panwaslu, Bawaslu, saya
tidak ingin tabligh akbar itu menjadi politik, dah turun.
Sampai protokol bilang, (Jamaah, tolong jangan acungkan jari).
Prabowo: Itu di mana-mana, Ustadz?
Ustadz Abdul Somad: Itu di mana-mana, Pak. Bapak
bisa lihat rekamannya. Ketika saya mengajak bersalawat, mari
bersalawat, mereka acungkan dua jari lagi.
Prabowo: Rata-rata di mana-mana, Ustadz?
Ustadz Abdul Somad: Rata-rata, mulai dari ujung Aceh, sampai Pulau Madura, sampai ke Sorong.
Jadi saya lihat, ini umat sedang berharap besar kepada Bapak. Itu yang saya lihat.
Prabowo: (mengangguk-anggukkan kepala).
Ustadz Abdul Somad: Ini ada satu keranjang
amanah Ijtima’ Ulama mengamanahkan ini. Allah Taala melalui firasat
ijtihat ulama dan umat juga, jadi ada dua dukungan, ulama dengan umat.
Dalam keranjang ini ada pisau, ada bunga, ada buah, ada pena.
Maka ada dua pesan Allah, pertama, Bapak letakkan amanah ini pada
tempatnya, yang pisau Bapak berikan kepada anak muda karena mereka akan
pergi ke hutan berburu, buah Bapak berikan kepada anak-anak supaya
mereka makan buah agar fresh, yang bunga Bapak berikan kepada anak gadis
supaya mereka beri kepada suaminya, sedangkan pena Bapak berikan kepada
ulama agar mereka menulis.
Jangan Bapak berikan pisau kepada anak kecil, dia akan melukai.
Kedua, amanah ini sedang dipundak Bapak, Adil. Jangan Bapak beri terlalu
besar, Bapak lihatlah dengan keadilan.
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah nanti, hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, hancur dunia ini.
Yang pertama mendapatkan naungan itu adalah pemimpin yang adil. Mudah-mudahan Bapak termasuk pemimpin yang adil.
Prabowo: Aamiiin… (sambil menengadahkan tangan). Jadi, Saran Ustadz, apa yang harus saya lakukan?
Ustadz Abdul Somad: Buah durian kalau hanya
sekedar berputik, orang cuek Pak. Tetapi ketika sudah harum dan ranum,
ada orang akan melempar, monyet akan naik, sekarang buahnya sedang
harum, maka Bapak tabah, kuat, serahkan kepada Allah.
Laa hawla wa laa uwwata illa billahil aliyyil azhim… Ini Jihad yang paling besar, jihad menjadi pemimpin.
Sampai-sampai kata Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: “Seandainya
doa kami makbul, dan doa itu hanya satu, mintalah pemimpin yang adil”.
Prabowo: Itu doa dari?
Ustadz Abdul Somad: Imam Ahmad bin Hambal atau Imam Hambali.
“Seandainya doa kami makbul, dan doa itu hanya satu, mintalah pemimpin yang adil”.
Berikan kami Republik Indonesia Pemimpin yang Adil. Kalau Bapak adil, seluruh negeri ini akan mendapatkan keadilan Bapak.
Prabowo: InsyaAllah… Mungkin adalagi pesan-pesan atau harapan-harapan dari Ustadz dalam perjuangan kita?
Ustadz Abdul Somad: Saya kan dulu selalu mengatakan, saya ikut Ijtima’ ulama, setelah ulama berijtima’ dan berkumpul, pilihan jatuh kepada Bapak.
Kemudian saya keliling-keliling ke mana-mana, umat: “Prabowo, Prabowo, PS, PS.”
Kadang mata kita kan tertipu, ketika pergi ke tepi sungai, kita
lihat ada tongkat, bengkok kan, ketika kita tarik ternyata lurus.
Mata menipu, saya khawatir jangan-jangan saya tertipu dengan Pak
Prabowo, oleh sebab itu saya cari ulama yang tidak mashur, tidak
populer, ulama yang tidak dikenal orang, tapi mata bathinnya bersih,
Allah bukakan hijab kepada Dia, ini ulama yang tidak perlu materi.
Mungkin Bapak tidak kenal mereka, dan saya tidak pernah tanya kepada mereka kira-kira saya pilih yang mana, nggak.
Saya biarkan dia baca hati saya, ngerti nggak dia, ketika datang
saya dekatkan telinga kepada dia. Dia bilang, “Saya mimpi lima kali
ketemu dia.” Saya tanya dia, siapa? “Prabowo.”
Kalau mimpi satu kali bisa jadi dari setan, lima kali dia mimpi dia lihat Bapak. Ini signal dari Allah.
Saya jalan lagi, saya cari lagi ke tempat lain. Ketika salaman,
dekat telinga saya dia bisik, “Prabowo”. Bapak dia sebut. Ulama-ulama
yang tidak dikenal hebatnya di tengah masyarakat, bukan viral seperti
saya.
Saya datang ke suatu tempat, ini unik, aneh. Dia tidak mau makan
nasi kalau berasnya dibeli di pasar. Padinya di tanam sendiri, karena
kalau dibeli di pasar riba. Dia hanya mau minum kalau sumurnya digali
sendiri, dan tidak mau menerima tamu perempuan, dan pernah menteri
datang dia usir, menteri datang, pulang.
Saya khawatir, khawatir saya ketika datang ke sana, Somad, niatmu
tidak baik, pulang, malu ustadz. Tapi saya tetap nekad datang, biasanya
tamu kalau datang dua menit tiga menit.
Saya datang, setengah jam, 30 menit, dia berbicara empat mata
dengan saya. Di akhir pertemuan pas mau pulang dia bilang “Prabowo”.
Prabowo: Dia bilang gitu?
Ustadz Abdul Somad: Iya. Jadi, saya berfikir
lama, ini kalau saya diamkan sampai Pilpres, kenapa mereka cerita ke
saya? Kenapa mereka cerita ke saya? Tiap malam saya berfikir, kenapa
mereka cerita ke saya? Berarti saya harus sampaikan.
Kalau tidak, seumur hidup, saya mati dalam penyesalan, Abdul
Somad kenapa tidak kau ceritakan. Setelah ketemu ini, selesai kuserahkan
semuanya kepada Allah SWT.
Apa yang terjadi pada saya, aku serahkan semuanya kepada Engkau
ya Allah, yang penting sudah kusampaikan. Plong, malam ini saya
bisa tidur lelap. Hanya saja, fitnah tentu banyak. Kalau Bapak nanti
duduk jadi presiden, terkait dengan saya pribadi, dua saja.
Pertama: Jangan bapak undang saya ke istana, biarkan saya
berdakwah masuk ke dalam hutan, karena memang saya dari awal dari sana.
Saya orang kampung, saya masuk hutan ke hutan.
Kedua: Jangan Bapak beri saya jabatan, apapun. Saya di antara 40
cucu mbah kakek saya, cucuku yang ini, satu ini, hanya sekolah agama
untuk mendidik umat, sudah, selesai, makanya tidak pernah sekolah umum.
Jadi, biarkanlah saya terbang sejauh mata memandang, berceramah.
Setelah Bapak jadi nanti, biarlah ulama-ulama yang dekat-dekat di
Jakarta ini. Bapak dengarkan cakap ulama, karena ulama berijtima’
mendukung Bapak, dan ulama yang tembus mata bathinnya, yang melihat
dalam alam gaib pun mendukung.
Maka, ini anugerah besar, tapi juga ujian besar. Saya berharap Allah menolong Bapak dalam setiap gerak dan langkah.
Prabowo: Terima kasih.
Ustadz Abdul Somad: Hadist mengatakan, tahabuh,
tahabuh, kalau ketemu kasih orang hadiah supaya dia ingat dan berkasih
sayang, saya tak kaya, tak ada duit saya untuk mengasih apa ke Bapak.
Kasih dua saja.
Pertama, minyak wangi ‘ud, ‘ud itu kayu gaharu, simbolnya supaya Bapak menebarkan keharuman di negeri ini.
Kedua, tasbih. ‘Ud untuk orang lain Bapak harum semerbak. Tasbih,
tidak bisa hati Bapak kosong, Bapak harus banyak berzikir, tasbih
kesayangan saya, batu natural stone, namanya Syah Maksud dari Persia,
paling saya sayangi, saya beli di Madinah. Bapak tidak perlu pegang di
depan orang banyak, nanti disangka orang pencitraan.
Bapak cukup tahajjud malam, Bapak berzikir, afdalu zikri
Laaillahaillahllah. Mulut berzikir, hati di sebelah kiri, dengan
Laaillahaillahllah kita hidup dan dengan Laaillahaillahllah kita mati,
dengan Laaillahaillahllah juga kita akan berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Apa yang terjadi setelah ini kita serahkan kepada Allah SWT.
Prabowo: Terima kasih.