EksNews | Azis Samual terkesan muncul tiba dengan membawa agenda yang bisa membuat Partai Golkar kisruh. Kader yang berbasis konstituen Papua ini berbicara tentang agenda gerakan mempercepat Musyawarah Nasional parta berlogo beringin itu.
Ia menyatakan, 25 DPD I Golkar sudah berkkonsolidasi menentukan langkah percepatan ini. “Konsolidasi sudah bulat, 25 DPD I dan beberapa DPD II sudah merestui percepatan munas ini,” kata Azis yang menjadi salah satu inisiator gerakan itu di Jakarta, Minggu, 26/5/19.
Malah, lanjut Azis yang pernah menjadi Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Timur Partai Golkar ini, pertemuan sudah mengerucut ke jadwal percepatan Munas. Misalnya mulai menyusun jadwal percepatan Munas. “Kami maunya Juli akhir, nanti kami akan buka kalau sudah waktunya, siapa saja DPD I ini,” ujar politisi yang pernah menjadi elite Golkar di Papua ini.
Alasan munculnya gerakan ini adalah kegagalan Partai Golkar meraih target 110 kursi DPR. Apalagi sebelumnya Azis juga pernah mendesak agar Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Sekjen Lodewijk Freidrich Paulus bertanggung jawab dan mundur dari jabatannya.
Tuntutan itu mengemuka setelah Golkar hanya meraih 85 kursi. “Target di awal, Golkar harus mencapai 110 kursi di DPR RI. Tapi ini jauh, kami juga hanya duduk di posisi ketiga. Ini tak semestinya terjadi, artinya Airlangga sebagai Ketua Umum gagal, sudah sepatutnya bertanggung jawab, dan harus mundur,” katanya.
Sesuai hasil rekapitulasi Pemilu 2019, Partai Golkar ternyata hanya ada di posisi ketiga dengan perolehan 12,31 persen atau setara 17.229.789 suara. “Targetnya 18 persen, ini malah berkurang dan jauh dari target. Sudah jelas gagal total Airlangga dan Sekjennya,” ujarnya.
Azis juga tak habis pikir, suara yang didapatkan Golkar ternyata bukan karena kemampuan Ketum dan Sekjen mengkonsolidasi partai. Tapi, karena perjuangan caleg-caleg incumbent.
“Ketum dan Sekjen tak bisa membuat roda partai berjalan baik. 85 kursi yang didapatkan karena perjuangan para Caleg incumbent, sementara Ketum dan Sekjen tak bisa membuat suara partai bertambah,” katanya.
Airlangga sendiri awalnya optimistis Golkar bakal bisa menempel dan bersaing dengan PDIP berebut juara Pileg. Apa daya, Golkar di bawah nakhodanya ternyata bersaing dengan Gerindra saja kesulitan sehingga tak bisa menjadi runner up Pileg 2019.
Jangankan menyamai capaian pada 2014 lalu, untuk mengejar hasil survei saat Setya Novanto memimpin yang diprediksi dapat 16%, nyatanya tak mampu dan hanya dapat 12,31%.
Sebagai perbandingan jumlah kursi yang didapatkan Golkar pada 2014 lalu mencapai 91 kursi. Namun, pada 2019 yang jumlah total kursi keseluruhan bertambah dari 560 menjadi 575, Golkar hanya dapat 85.
“Logikanya harus bertambah, jumlah kursi nasional saja nambah, ini malah turun. Ketua umum tak mampu ini artinya,” katanya. Kiky Afriansyah
Jumlah Kursi Golkar di Empat Pemilu Terakhir:
2004: 127 kursi
2009: 105 kursi
2014: 91 kursi
2019: 85 kursi
*catatan: Tahun 2014 total kursi hanya 560, pada 2019 bertambah menjadi 575 kursi
Jumlah Suara
2004: 24.480.757 suara
2009: 15.037.757 suara
2014: 18.432.312 suara
2019: 17.229.789 suara
*Catatan:Suara Sah 2014= 124.972.491 suara
Suara sah 2019= 139.971.260 suara