EksNews | Menjadi Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan Sekitarnya (Kapolda Metro Jaya) di tahun politik yang ingar-bingar bukanlah pekerjaan mudah. Namun, begitulah, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono akan menyelesaikannya satu demi satu: Sebut saja antara lain soal kerusuhan 21-22 Mei 2019 maupun warisan masalah pada 2017 yaitu penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan yang sangat politis.
Belum lagi masalah-masalah lain terkait dengan jajarannya di biro, direktorat, bidang, hingga ke Polres-polres di wilayah tugasnya. Namun, satu hal, bagi Kapolda kelahiran Solok, Sumatera Barat, 28 Juni 1965 ini, peningkatan kualitas aparat kepolisian untuk mencapai kinerja terbaik senantiasa mendapat perhatian utama.
Sebagai contoh kecil saja, beriringan dengan Hari Bhayangkara 1 Juli 2019, ulang tahun ke-73 jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Irjen Gatot Eddy Pramono menyerahkan piagam penghargaan kepada 131 personel Polda Metro Jaya yang dianggap berprestasi dan berdedikasi tinggi dalam bidangnya.
Piagam penghargaan diberikan usai pelaksanaan Apel Pamen di Lapangan Parkir Depan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Rabu, 3 Juli 2019. Usai pemberian piagam penghargaan Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy mengatakan, para personel berprestasi tersebut diproyeksikan akan disekolahkan untuk jenjang karirnya. Ia pun telah memerintahkan Karo SDM Polda Metro Jaya untuk menyalurkan anggota yang berprestasi itu agar disekolahkab untuk jenjang karirnya.
Yang mendapatkan penghargaan ini tidak hanya berupa piagam saja, akan tetapi ditingkatkan poin-poin dan kualitasnya. Untuk Bintara, bisa mendapatkan sekolah SIP kalau sudah memenuhi syarat.
“Kalau pangkatnya sudah Aiptu bisa sekolah alih golongan dan pendidikan-pendikan lainnya, Untuk perwira bisa Sespima, PTIK, Sespimen atau Sespimti,” kata perwira Polri dengan dua bintang di pundak yang dilantik pada 24 Januari 2019 ini.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengucapkan selamat kepada 131 personel yang menerima penghargaan tersebut. Kapolda berpesan bahwa para personel tersebut wajib menjaga nama baik diri dan institusi Polri. Tentu saja termasuk menjadi teladan di tengah masyarakat sekaligus menumbuhkan semangat warga untuk berjuang dan berbakti kepada bangsa dan negara.
Sudah pasti penghargaan berupa pendidikan lanjutan adalah jalan terbaik untuk meniti karir yang lebih tinggi bagi aparat kepolisian. Dengan begitu, diharapkan para personel mendapat pengetahuan dan keterampilan lebih tinggi sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan sempurna di tengah dinamika perubahan masyarakat yang semakin cepat dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi.
Dari riwayat karirnya, tentu saja terlihat bahwa Irjen Gatot juga telah menjalani berbagai pendidikan dan membuktikan hasil pendidikan itu meningkatkan kinerjanya dalam tugas. Terlebih lagi, sebelum menjadi Kapolda Metro Jaya, ia adalah Asisten Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Polri yang berperan strategis merancang organisasi Polri ke depan.
Jenderal polisi lulusan Akademi Polisi Angkatan 1988 ini pernah tercatat sebagai Kepala Kepolisian Resor Blitar, Jawa Timur. Gatot juga pernah menjabat Sekretaris Pribadi Kapolri era Jenderal Sutanto.
Selain itu, Gatot juga pernah menjabat sebagai Kapolres Metro Depok, Jawa Barat dan selanjutnya Kapolres Metro Jakarta Selatan pada 2009 lalu. Lantas Gatot juga pernah menjabat Dirreskrimum Polda Metro Jaya. Serta Analis Kebijakan Madya bidang Pidum Bareskrim Polri.
Kemudian, jabatan lainnya yang pernah dijabat Gatot adalah, Kabagdukminops Robinops Sops Polri, Karolemtala Srena Polri, Wakapolda Sulawesi Selatan,dan Sahlisosek Kapolri. Tak hanya itu, Gatot juga sempat diberikan tugas khusus oleh Kapolri Tito untuk mengomandoi Satgas Nusantara. Dalam hal ini, Gatot dipercayakan mengemban sebagai Kepala Satuan Tugas (Kasatgas).
Sangat boleh jadi, Irjen Gatot Eddy mengalami sendiri bahwa peningkatan pendidikan akan mengasah keterampilan sehingga sanggup menyelesaikan tugas-tugas yang diamanatkan kepadanya. Namun penugasan demi penugasan juga merupakan pendidikan, semacam sekolah yang menjadi ujian, apakah personel kepolisian tersebut sanggup menghadapinya dan lolos sehingga naik ke posisi yang lebih tinggi. Sebagaimana juga tugas menyelesaikan rusuh 21-22 Mei 2019 serta warisan masalah Novel Baswedan yang sangat politis itu. Semoga sukses Jenderal!!! ~Dedi M Suharta.