EksNews | Baru beberapa hari Presiden Jokowi mersmikan Monumen Fatmawati Soekarno di Ibu Kota Bengkulu, warga Enggano, pulau terluar di provinsi itu mengeluhkan penderitaanya. Kehidupan mereka nyaris lumpuh lantaran pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke Enggano terhenti sejak 25 Desember 2019.
Penyebabnya, kapal pengangkut BBM masih di galangan untuk perbaikan (docking). Tak urung warga Enggano mengalami penderitan berlapis-lapis: Pembangkit listrik tanpa pasokan BBM, listrik gelap gulita, tangki kendaraan bermotor pun tak dapat isian. Penderitaan ini telah berlangsung hampir dua bulan, sejak 25 Desember 2019.
Warga juga sudah menumpahkan kekesalannya dengan berdemo di Kantor Kecamatan pada Kamis, 6 Februari 2020. Sekitar 100 warga, sebagian adalah transmigran dari luar pulau, membentangkan poster karton dengan tulisan tangan berisi protes dan keluhan.
Sedangkan Camat Enggano, Marlansius mengungkapkan, aliran listrik di Pulau Enggano yang masuk wilayak Kabupaten Bengkulu Utara itu padam total. Seluruh kecamatan yang terdiri dari enam desa itu gelap gulita lantaran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sudah lama tak mendapat pasokan solar.
Enggano sebenarnya memiliki tiga unit PLTD dengan kapasitas masing-masing 80 kiloWatts, 120 kW dan 50 kW. Total 250 kW.
“Pasokan BBM terakhir ke Enggano, 25 Desember 2019, yang masuk via kapal perintis KM Sabuk Nusantara 52, sampai hari ini BBM belum masuk,” kata Marlansius, Jumat, 7 Februari 2020.
Penderitaan pun berlanjut lantaran aktivitas di perkantoran Pemerintah Kecamatan dan Puskesmas di pulau berpenghuni lima ribu jiwa lebih itu hampir lumpuh total. Tak terbayangkan jika hal itu dialami warga di Bengkulu daratan.
Apa perlu pembangkit non-BBM? Tenaga surya, angin, ombak, atau microhydro? Tapi, yang mendesak dululah BBM untuk PLTD itu.
Sedangkan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah memastikan dalam waktu beberapa hari ke depan akan segera memenuhi keinginan warga setempat. “Insya Allah dalam dua hari ke depan, BBM diperkirakan sudah masuk ke pulau terluar wilayah Bengkulu ini,” ungkap Gubernur Rohidin, Kamis, 6 Februari 2020.
Menurut Gubernur, untuk pengiriman BBM dimaksud tetap menggunakan kapal motor penyeberangan (KMP) Pulo Tello yang sejak akhir tahun lalu tidak melayani pelayaran ke Pulau Enggano karena naik docking, akan kembali beroperasi.
Sebagai alternatif KM Sabuk Nusantara, KMP Pulo Tello milik BUMN PT ASDP Ferry Indonesia memang sangat diharapkan. Namun, baru pada Jumat 7 Februari 2020 kapal penyeberangan itu berlayar dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Bengkulu.
“Kemungkinan kapal motor penyeberangan ini akan tiba di Pulau Enggano setelah empat hari pelayaran,” jelas Rohidin.
Setelah KMP Pulo Tello tiba, kata dia, jajaran Pemerintah Provinsi Bengkulu (Pemprov) juga berencana akan berkunjung ke Pulau Enggano pada Rabu, 12 Februari 2020. “Kunjungan itu untuk melihat situasi terkini di pulau itu, termasuk meninjau dermaga Kahyapu yang rusak,” ungkap Gubernur.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bengkulu, Darpinudin menambahkan, sebenarnya KMP Pulo Tello sudah bisa kembali ke Bengkulu pada 5 Februari 2020. Namun, karena pengelola mengaku masih ada beberapa perbaikan lagi, pelayarannya tertunda.
“Kemarin itu masih ada pengecatan sedikit. Lantas ada kendala cuaca juga sehingga pelayaran tertunda,” tukas Darpinudin.
Sayang semuanya terlewat ketika Presiden Jokowi datang ke Bengkulu meresmikan Monumen Fatmawati Soekarno pada Rabu, 5/2/20. Keluhan warga baru terdengar pada Kamis, 6 Februari 2020. Tapi, untunglah usaha perbaikan juga langsung berjalan.
Kita tunggu KMP Pulo Tello tiba. Kapal ini sebenarnya juga pernah melayari jalur Bengkulu-Enggano sebelumnya, bergantian dengan KMP Sabuk Nusantara 52. ~Rodiatan Mardiyah